I La Galigo, sebuah karya besar yang telah melanglang buana dan memesona ribuan bahkan puluhan ribu orang yang menyaksikannya. Dan kali ini pementasan I La Galigo kembali ke kampung halamannya, Makassar, Sulawesi Selatan pada 23-24 April 2011 di Fort Rotterdam. Sebanyak 12 (dua belas) scene akan ditampilkan dalam pementasan ini dan kabarya masing-masing “scene” memiliki potensi cerita untuk dikembangkan dan diolah dalam bentuk lain. Sang sutradara, Robert Wilson, yang pernah dianugrahi gelar Commandeur Of Des Arts Et Des Letters dari pemerintah Prancis ini berharap pementasan ini bisa menginspirasi masyarakat Sulawesi Selatan untuk melanjutkan karya ini dalam bentuk lain.
Epik I La Galigo bermula dari penciptaan dunia tengah. Raja Di Langit, La Patiganna, setuju untuk melantik anak lelakinya yang tertua, La Toge menjadi Raja Alekawa (Bumi) dan bergelar Batara Guru. Guru ri Selleng dari Dunia Bawah memerintahkan putrinya We Nyiliq untuk naik ke dunia tengah. La Toge kemudian menikah dengan We Nyiliq dan menjadi penguasa Kerajaan Luwu. Batara Guru kemudian digantikan oleh anaknya Batara Lattu. Batara Lattu lalu memiliki sepasang anak kembar, Sawerigading dan We Tenriabeng. Sebuah ramalan mengatakan bahwa keduanya ditakdirkan jatuh cinta. Untuk itu keduanya lalu dibesarkan terpisah dan tidak pernah bertemu demi menghindari hubungan terlarang dan mencegah terjadinya kehancuran kerajaan.
Pementasan I La Galigo ini berawal di Singapura (2004) lalu berlanjut ke Madrid, Lyon, Barcelona, Rovenna (2004), New York dan Jakarta (2005), Milan, Taipei, dan pentas kedua kali di Singapura (2009) dan yang terbaru pada hari ini (23 April 2011) dan besok di Makassar.
0 komentar:
Posting Komentar